Amalopu Gandong Community

Kata "Amalopu" merupakan gabungan nama dua negeri (desa) di Maluku yang mempunyai ikatan hubungan gandong (persaudaraan), yaitu negeri Amakele Lorimalahitu (Rumahkay) yang terletak di pulau seram bagian barat dan negeri Lopurisa Uritalai (Rutong) yang terletak dipulau Ambon.
Adapun ikatan hubungan gandong antara negeri Rumahkay dengan negeri Rutong telah diresmikan pada tahun 1941.
Sejarah penemuan ikatan hubungan gandong antara negeri Rumahkay dengan negeri Rutong, terungkap saat Datuk-datuk (moyang) dari negeri Rumahkay tiba dinegeri Rutong untuk yang kedua kalinya (1898).
Sedangkan Awal kedatangan Datuk Corputty dan Kakerissa pertama kali di negeri Rutong..kira-kira di tahun 900m.

Mari basudara gandong…jadikan Amalopu sebagai sarana komunikasi komunitas gandong Rumahkay-Rutong, untuk berbagi cerita dan berita, guna memper-erat ikatan hubungan gandong.



Wednesday, April 14, 2010

Sejarah penemuan ikatan hubungan gandong

Pada tahun 1898 terjadilah gempa bumi dipulau Seram, pusat gempa terletak dilaut teluk Elpaputih dimuka negeri Amahei. Beberapa saat setelah malapetaka yang menimpa negeri Elpaputih itu terjadi kemudian terbitlah ketegangan antara negeri Latu dengan negeri Rumahkay. Penduduk negeri Latu dibantu oleh penduduk negeri Aboru dan negeri Sumeit, maka pecahlah perang Umawa (wailey).

Raja negeri Rumahkay saat itu adalah Pati Corinus Hallapiry, beliau berangkat ke Saparua untuk menemui wedana (controleur) dan meminta supaya memerintahkan orang-orang Aboru kembali kenegerinya di Haruku. Namun sebelum permintaan tersebut terlaksana, perang terbuka telah pecah! Pertempuran dimenangkan oleh negeri Rumahkay. Akhirnya Pati Corinus Hallapiry dijatuhi hukuman pengasingan keluar daerah Maluku yaitu Manado. Sebagian penduduk negeri Rumahkay beserta kepala soa Bp.Melkias Akerina ditahan Belanda di Saparua, disiksa dan dipaksa bekerja berat membuat Jalan Raya Sluis.

Hingga pada suatu ketika...tepat lonceng dibenteng Belanda Wyk By Duurstede berbunyi 12kali yang menandakan pukul 12malam, sipir rumah penjara itu Bp.Entjo yang berasal dari negeri Ihamahu membuka pintu penjara dan menyuruh semua tahanan yang berasal dari negeri Rumahkay untuk melarikan diri ke Ambon guna menuntut pengadilan yang lebih tinggi. Kemudian orang-orang Rumahkay yang melarikan diri itu berperahu kenegeri Ihamahu dan sekitarnya hingga tiba dinegeri Rumahkay. Dari negeri Rumahkay mereka berperahu kenegeri Passo, lalu ke Ambon. Setelah tiba di Ambon, mereka langsung melapor kepada Residen Maluku dikantornya.

Berita ditahannya orang-orang negeri Rumahkay di Ambon, terdengar oleh Raja negeri Rutong (Lopurisa Uritalai) yakni Bp.Jonas Maspaitella. Kemudian beliau dan orang-orang negeri Rutong pergi ke Ambon menemui rakyat Rumahkay yang ditahan Belanda.
Menurut cerita...ada 2orang dari negeri Rumahkay yang diperbolehkan tinggal dinegeri Rutong sampai selesai persidangan perkara mereka. Adapula cerita bahwa kabar ditahannya orang Rumahkay kemungkinan disampaikan oleh perantaraan Bp.Abraham Lawalata, yang saat itu ditahan karena dituduh menjadi pemimpin sewaktu terjadi perselisihan antara negeri Rutong dengan negeri Hutumuri mengenai batas daerah kedua negeri tersebut.

Selama rakyat Rumahkay ditahan di Ambon, mereka dikirimi makanan oleh penduduk negeri Rutong berupa sagu yang berasal dari dusun Hatoul-muring. Orang-orang yang berasal dari keluarga Maspaitella dan Talahatu dikerahkan untuk menokok (memukul) sagu untuk saudara-saudara dari Rumahkay yang ditahan itu. Setelah penduduk Rumahkay yang ditahan dipenjara Ambon itu dinyatakan bebas dari segala tuntutan, mereka segera pergi mengunjungi negeri Rutong untuk mengucapkan terima kasihnya atas segala bantuan yang telah diterimanya selama berada dalam tahanan di Ambon.

Saat dinegeri Rutong, barulah orang-orang negeri Rumahkay mendengar hikayat (cerita) bahwa nenek moyang penduduk negeri Rutong berasal dari negeri Rumahkay. Menurut cerita..Datuk atau moyang Kakerissa dan Corputty (Matua Ruhu Corputty) dari negeri Rumahkay tiba dinegeri Rutong pertama kali tahun 910 Masehi.

Awal mula Datuk Corputty&Kakerissa tiba dinegeri Rutong

Pada suatu ketika keluarga Corputty beserta 3 orang anaknya dan 2 orang anak dari keluarga Kakerissa turun ke pantai untuk melihat kebunnya. Karena letak kebunnya cukup jauh, mereka membuat Huma (pondok) sebagai tempat untuk mereka beristirahat.

Hingga pada suatu saat ketika suami-istri dari keluarga Corputty sedang pergi berkebun, anak tertua dari keluarga Corputty dan Kakerissa melakukan suatu kesalahan yang dapat menyebabkan mereka dihukum pancung (hukum mati).
Akhirnya mereka berdua lari ke pantai wai-yoho....mereka membuat gosepa dari gaba-gaba, lalu ditebangnya pohon mange-mange untuk dibuat tiang layar. Diambilnya sebatang buluh untuk dijadikan galah, lalu membuat panggayo dari waa (batang sagu yang isi batangnya sudah diambil untuk dibuat tepung sagu).
Untuk perbekalan dibawanya sagu molat dan sagu tuni, lalu dinaikkan sebuah batu untuk dijadikan sauh rakitnya (gosepa). Kemudian keduanya mengayuh gosepa ke laut lepas dan berlayar, Datuk Kakerissa yang memegang kemudi, Datuk Corputty yang dihaluan.

Setelah berlayar berhari-hari tanpa tujuan yang pasti, akhirnya gosepa mereka mendekati pantai negeri Rutong (Lopurisa Uritalai). Lalu Datuk Corputty berkata kepada Datuk Kakerissa :
“MAE LO RUA KA TELLA URETE” (mari kita dua singgah ke darat).
“MAE KA TELLA” kalimat ini berubah menjadi MASPAITELLA.
Setelah gosepa sampai ke air dangkal Datuk Kakerissa berkata kepada Datuk Corputty:
“TALA HATU NA” (tendang batu itu), kalimat ini berubah menjadi TALAHATU.

Lalu...Datuk Corputty dan Datuk Kakerissa tiba dekat SAPALOA (air minum sisa) yaitu pelabuhan dari keluarga Lessy Titanusahuhung, mereka disambut oleh Datuk Lessy. Mereka ber-galah masuk ke pelabuhan dimuara sungai Waihula (air laki-laki).
Datuk Lessy berdiri disisi muara sungai Waihula, kedua Datuk dari negeri Rumahkay (Amakele Lorimalahitu) turun dari gosepa, mencabut tiang layarnya...dan menancapkan tiang layar tersebut dimuara sungai Waihula, kemudian tiang layar tersebut tumbuh menjadi pohon Mange-mange Kulitlawang (masih ada hingga kini). Setelah itu Datuk Corputty dan Datuk Kakerissa menanam anak-anak pohon sagu yang dibawa dari negeri Rumahkay pada sekitar muara sungai Waihula dan sekitar muara sungai Ririnita (air perempuan).

Bahasa Rumahkay

Bahasa yang dipakai oleh penduduk negeri Rumahkay termasuk dalam bahasa suku Waemale. Suku Waemale adalah suku yang gagah berani, mereka mendiami bagian barat pulau Seram mulai dari Piru menembus Murakau terus meliputi wilayah Honitetu, Kairatu, sampai ketepi sungai Tala. Penduduk yang diam dipulau Ambon dan Lease termasuk dalam suku Waemale.

Beberapa contoh bahasa Rumahkay :

* Ale nalamu sia? = Siapa nama anda?
* Au nalai ... = Nama saya ...
* Ale inu sainna? = Anda minum apa?
* Au inu wael putu = Saya minum air panas.
* Ale aa sainna? = Anda makan apa?
* Au aa hala tura ianne = Saya makan nasi dengan ikan.
* Iteka soha lapia = Kita buat papeda.
* Taha manu na tura hatu = Lempae ayam itu dengan batu.
* Mahina na kamina wala isai = Wanita itu cantik sekali.
* Ale eu lame Rutung? = anda pergi ke Rutung?


Beberapa contoh kata dalam bahasa Rumahkay :

* Asu = Anjing.
* Manu = Burung.
* Au = Saya.
* Tunu = Bakar.
* Inu = Minum.
* Hatu = Batu.
* Ianne = Ikan.
* Anin = Angin.
* Surin = Mandi.
* Hau = Api.
* Haka = Buka.
* Sia = Siapa.
* Asui = Usir.
* Lawa = Lari.
* Niwel = Kelapa.
* Nasu = Nanas, gula.
* Hala = Nasi.
* Apalane = Mangga.
* Pariki = Dingin.
* Putu = Panas.
* Tura = Dengan.
* Tiha = Tikam.
* Malakau = Mongare.
* Marua hutai = Jojaro.
* Anahutai = Anak.
* Maui = Kecil.
* Hira = Besar.



Beberapa contoh nama bilangan dalam bahasa Rumahkay :

* 1 = Sa.
* 2 = Rua.
* 3 =Teru.
* 4 =Haa.
* 5 =Rima.
* 6 = Nee.
* 7 = Hitu.
* 8 = Waru.
* 9 = Siwa.
* 10 =Husan.
* 11 = Husanelar.
* 12 = Husanelarua.
* 13 = Husanelateru.
* 14 = Husanelahaa.
* 15 = Husanelarima.
* 16 = Husanelanee.
* 17 = Husanelahitu.
* 18 = Husanelawaru.
* 19 = Husanelasiwa.
* 20 = Hutura.
* 21 = Hutura-elare.
* 22 = Hutura-rua.
* 23 = Hutura-teru.
* 24 = Hutura-haa.
* 25 = Hutura-rima.
* 30 = Hututeru.
* 31 = Hututeru-elare.
* 40 = Hutuhaa.
* 50 = Huturima.
* 60 = Hutunee.
* 70 = Hutuhitu.
* 80 = Hutuwaru.
* 90 = Hutusiwa.
* 100 = Utune.
* 101 = Utune-sai.
* 102 = Utune-rua.
* 1000 = Rihune.

Asal muasal Amakele Lorimalahitu

Zaman dahulu..saat Pata Siwa dibawah Pemerintahan Sultan Ternate ada dua Datuk (moyang) yaitu: Datuk Kelesolematai Latu Matuan Corputty dan adiknya Datuk Latu Tapisamal Corputty yang melarikan diri dari negeri Anakota dan turun tinggal dibelakang negeri Amanhatu (negeri lama Rumahkay), lalu mereka mengganti nama menjadi Kelesolematai Latu Matuan Corputty Anakota yang kemudian menjabat sebagai raja dan Latu Tapisamal Corputty Maruty yang kemudian menjabat sebagai tuan tanah.
Setelah kedua Datuk Corputty sudah berdiam dibelakang negeri Amanhatu, menyusul pula Datuk Kakerissa, Risamahu, Halapiry dari negeri Huku Anakota, dan juga Datuk Atapary dan Wairata yang turun dari Huku Kecil.

Datuk Halapiry ditugaskan untuk menjaga sebelah Timur negeri Amanhatu
(air terjun waisia). Datuk Kakerissa ditugaskan untuk menjaga sebelah Barat negeri Amanhatu (air terjun waihetu) sedangkan Datuk Risamahu ditugaskan untuk menjaga Air Lahena sampai perbatasan dengan negeri Kamariang (Amalohy).
Pada saat Datuk Kakerissa dan Risamahu sedang mencari tahu keadaan didaerah bagian barat, mereka bertemu dengan salah seorang tua dari negeri Kamariang di kaki Air waemura. Datuk Risamahu hendak membunuh orang tua tersebut…namun Datuk Kakerissa mencegahnya karena masih membutuhkan orang untuk berperang. Kemudian Datuk Kakerissa menanyakan nama’nya dan orang tua tersebut bernama Akisurua, lalu Datuk Kakerissa dan Risamahu mengganti nama Akisurua menjadi Akerina yang artinya: mencari tahu keadaan musuh. Lalu Datuk Akerina ditugaskan disebelah Selatan negeri Amanhatu yang bernama Salea, untuk mencari tahu keadaan musuh.

Karena Datuk Akerina sudah diterima oleh raja maupun tuan tanah, dan mereka sudah memberikan daerah maupun tempat tinggal…sehingga sudah menjadi atau mempunyai tujuh Soa. Ketujuh Aman atau Soa itu adalah:
  1. Corputty (Anakota menjabat sebagai raja dan Maruty sebagai tuan tanah)
  2. Kakerissa (menjabat sebagai kapitan)
  3. Risamahu (kapitan)
  4. Halapiry (marinyo)
  5. Atapary (marinyo)
  6. Akerina (pendamping raja)
  7. Wairata

Ketujuh Soa tersebut..memberi nama persekutuan mereka adalah:
Amakele Lorimalahitu, yang artinya: “Tujuh Soa yang bergandengan tangan membuat satu lingkaran”.

Selain ketujuh Soa anak kele…tak lama kemudian datang 2 anak uweng (pendatang) dari luar, yaitu Akywen dari Key dan Tuasuun dari Banda. Kedua anak uweng tersebut diterima dan diberikan rumah serta dusun oleh ketujuh Soa anak kele. Sehingga masyarakat negeri Rumahkay mempunyai 9 Soa, yang terdiri dari 7 Soa anak kele dan 2 Soa anak uweng.

Rutong


Menurut cerita…nenek moyang negeri Rutong berasal dari Salahutu yaitu Datuk (moyang) Lessy Titanusahuhung. Datuk Lessy berjalan dari Salahutu dan tinggal di salah satu tempat yang bernama Titasomi (negeri lama Rutong). Tak lama kemudian datang pula Datuk Makatita yang berasal dari Gorong (pulau seram). Kedua datuk tersebut membagi tugas..Datuk Lessy sebagai kapitan dan Datuk Makatita sebagai tuan tanah, tidak lama kemudian datang Datuk Lawalata dari negeri Paperu (Saparua) yang diterima oleh Datuk Lessy dan Makatita, kemudian mereka bertiga menetap didusun Titasomi (negeri lama Rutong) yang pada saat itu tidak mempunyai raja (hanya kapitan dan tuan tanah) hingga kedatangan Datuk (moyang) dari negeri Rumahkay sekitar abad ke 10masehi…yakni Datuk Corputty yang ganti nama menjadi Talahatu dan Datuk Kakerissa yang ganti nama menjadi Maspaitella.

Datuk Corputty dan Kakerissa terdampar ditanjung Riki dan disambut oleh Datuk Lessy dan dijamu dengan makan sirih-pinang, lalu Datuk Lessy berkata: “mae yupu ka rutui” (mari bapak katong berkumpul). Adapun tempat mereka berkumpul dibuat tumpukan batu yang bernama Hatu Rutui (artinya: tumpukan batu), lalu kata Rutui ini berubah menjadi Rutong hingga saat ini. Ditempat mereka berkumpul..parang perang mereka dipotong pada pohon kedondong itulah arti kata dari Lopurisa Uritalai.. Saat berkumpul inilah..kemudian Datuk Lessy menunjuk Datuk Maspaitella untuk menjadi raja negeri Rutong (Lopurisa Uritalai).

Negeri Rutong mempunyai 6 Aman atau Soa, yaitu:

  1. Lessy
  2. Makatita
  3. Lawalata
  4. Maspaitella
  5. Talahatu
  6. Telapary

Negeri Rutong terletak dikecamatan Baguala Kota Madya Ambon, sebelah utara berbatasan dengan negeri Batu Merah, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda, sebelah barat berbatasan dengan negeri Ema, sebelah timur berbatasan dengan negeri Hutumuri.

Rumahkay



Rumahkay sebuah negeri yang terletak di Maluku tepatnya dipulau Seram bagian barat, antara Tanjung Waihetu dan Tanjung Waisia. Sebelah barat berbatas dengan negeri Tihulale pada sungai Lahena, sebelah timur berbatas dengan negeri Latu pada sungai Wailey. Disebelah utara negeri Rumahkay terdapat 3 buah gunung, yaitu :

1. Sahir.
2. Totaniwel.
3. Solohua.

Negeri Rumahkay terletak dipesisir pantai, Rumahkay sendiri mempunyai arti : negeri atau desa diujung tanjung. Dinegeri Rumahkay terdapat 3 Baileo, yakni :

1. Asari.
2. Tairan.
3. Huay.

Menurut cerita...

Dahulu negeri Rumahkay berada digunung (negeri lama) bernama AMANHATU yang artinya: Negeri yang dikelilingi batu, penduduknya adalah orang Sepa. Orang Sepa yang pertama sampai dinegeri AMANHATU adalah: Upu Solelatumatua yang artinya : Raja Tombak Mayang.

Kemudian negeri AMANHATU direbut oleh Datuk (moyang) AMAKELE LORIMALAHITU hingga negeri AMANHATU menjadi negeri AMAKELE LORIMALAHITU yang artinya : Negeri yang perkasa dan dihormati. Adapun senjata pusaka negeri Amakele Lorimalahitu saat itu adalah GURUHIRAI, yakni berupa parang ber-ulu emas.

Pela

PELA berarti suatu persekutuan dalam hubungan persaudaraan yang akrab.
PELA adalah suatu sistim persahabatan antara masyarakat dua negeri (desa) atau lebih, baik yang beragama Kristen dengan Kristen, atau Islam dengan Islam, maupun Kristen dengan Islam.

Jadi PELA merupakan satu kesatuan genealogis yang terikat didalam kaitan sosial ekonomi secara jasmani maupun rohani, yang di-sahkan dalam perjanjian tertulis ataupun lisan oleh Datuk-Datuk melalui kepala-kepala pemerintahan negeri selaku ketua adat.

Menurut sejarah ikatan PELA terjadi sejak zaman dahulu. Umumnya ikatan ini terjadi karena hubungan persaudaraan sejak zaman lampau (dahulu). Biasanya ikatan ini terjadi karena sebuah negeri berjasa dalam memberikan bantuan kepada negeri lain yang sedang dalam kesulitan (bencana alam, peperangan, dll).

Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan ADAT dalam ikatan PELA itu dikenakan SANKSI atau HUKUMAN ADAT.
Keputusan atau naskah PELA tidak boleh di rubah atau di langgar, malah dikuatkan pula oleh satu motto :


SEI HALA HATU
HATU LISA PEI
SEI LISA SOU
SOU LESI EI